Hari Minggu kemaren ga ada acara ya udah kami maen-maen aja ke rumah Mbah Yah (kakaknya uti) di Seyegan Sleman. Di sana de XZ'L seneng naik ayunan yang ada di depan rumah, selain itu juga seneng karena kalo kesana pasti ngambilin makanan ringan dan mainan karena memang Mbah Yah punya warung kelontong yang menjual aneka macam makanan, mainan dan peralatan rumah tangga.
Setelah beberapa saat kami pamit pulang apalagi sudah dibawain snek-snek kecil buat sangu di mobil hehe...
Dari rumah Mbah Yah trus muncul ide buat mampir ke Museum Pak Harto di Kemusuk Argomulyo Sedayu yang kebetulan searah dengan jalan kami pulang. Buat menuju ke sana ternyata gampang banget karena di setiap tikungan pasti ada papan petunjuk arahnya. Kalo dari utara melalui perempatan Pasar Godean ke selatan sedangkan kalo dari selatan pertigaan Kampus Universitas Mercu Buana ke utara, nah lokasinya kira-kira ditengah-tengahnya situ.
Sampai sana langsung ada tulisan gede Museum Monumental Jenderal Besar HM. Soeharto dengan bangunan joglo yang dikelilingi tembok putih tinggi. Untuk parkirnya ada diseberang jalan yaitu sebelah selatannya. Tempat parkirnya luas sekali tapi hari itu yang banyak terparkir hanya mobil dan motor saja yang kebanyakan platnya adalah luar Jogja alias bukan AB.
Begitu memasuki pintu gerbang yang tinggi dan besar langsung disambut patung Pak Harto kurang lebih setinggi 3 meter. Di belakang patung itu ada pendopo joglo berukir yang dipergunakan untuk istirahat pengunjung dan bahkan ada slide proyektor yang memutar kenangan tentang Pak harto. Pendopo itu nampak penuh para pengunjung yang sedang beristirahat.
 |
silsilah keluarga Pak Harto |
Sebelum memasuki bangunan museum yang ada di sebelah kiri joglo kami harus mengisi buku tamu terlebih dahulu sebagai pengganti tiket masuk alias gretongan. Setelah mengisi buku tamu kami lalu diperkenankan masuk ke dalam museum. Sebelum pintu masuk banyak pigura yang berisi foto, kata-kata kenangan maupun silsilah keluaraga Pak Harto. Pintu museum terbuat dari kaca yang membuka secara otomatis, begitu masuk langsung ada lorong yang berisi foto-foto perjuangan Indonesia yang membentuk setengah lingkaran. Di ujung lorong ada semacam papan dengan suara yang menceritakan tentang perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah. De Z minta digendong ayah karena takut dengan suasana yang remang-remang dan ada suara-suara. Kami melewati labirin yang berkelok-kelok dan di kanan kirinya dipenuhi foto-foto dan diorama tentang perjuangan Pak Harto. Kami di dalam tidak begitu lama karena de Z sudah ribut minta keluar. Pintu keluarnya ternyata hanya bersebelahan dengan pintu masuk tadi hanya dibatasi semacam sekat.
 |
Lorong foto |
 |
Poster 1945 |
 |
Gimana ga gelap dek wong pake kacamata item hehe... |
 |
diorama |
 |
Soeharto Bapak Pembangunan |
Di belakang pendopo ada sebuah joglo lagi yang bertuliskan "Petilasan" namun tampaknya sedang direnovasi karena ada beberapa material dan pekerja disana. Di sebelah kiri petilasan tampak bangunan megah dari kayu yang berukir, mungkin itu adalah rumah Pak Harto yang biasa digunakan ketika beliau 'pulang kampung' ke Jogja dulu. Di depan rumah ada serambi yang panjang dan di terasnya diberi kursi yang bisa digunakan untuk duduk para pengunjung.
Ternyata jarum jam telah menunjukkan pukul 13.00, ya udah sekalian aja kami sholat dhuhur disana dimana ada masjid kecil yang cantik di halaman depan museum. Masjidnya kecil tapi indah dan sekililingnya ditutup dengan kaca sehingga nampak terang tapi sejuk di dalam karena ada AC-nya.
(sayang lupa moto). Selesai sholat lalu pulang deh.
Di pintu masuk parkiran tampak kios-kios yang menjual aneka cenderamata bergambar Pak Harto terutama yang bertuliskan jargon-jargon "Piye kabare le, isih penak jamanku tho?" iyaaa pak, pengen kembali ke jaman dulu hidup tenteram ga ada berita-berita menyeramkan di media-media, harga-harga kebutuhan hidup pun masih terjangkau tapi ga tau juga ya keadaan sebenernya pada waktu itu coz saya juga masih belia *haisshh...antiaging mana antiaging
Bolehlah mengunjungi museum ini bila ke Jogja karena bisa menambah pengetahuan dan wawasan anak-anak tentang Pak Harto.
Komentar
Posting Komentar